Friday, September 24, 2010

SAJAK BUAT MAMA

Kasih yang terpajang pada sorot matamu
Bersinar bagaikan Matahari
Mengalun bagaikan Puisi
Barangkali Mama memang sebuah puisi
yang diam – tapi perkasa, indah, dan lembut


Ah, lautan khayalan bersenandung
Berkelana tanpa peta - menyangkut pada potret-potret usang,
dan kisah lama, pada sepi yang saling menyentuh
dan senandung itu, lagumu, laguku, lagu kita

Ma..., Hidup memang tumpukan hari,
yang berlari, berpacu, dengan waktu,

denyut hati yang gelisah, luka dan sunyi
di tengah tawa, sukacita, dan berkat
Meskipun memang banyak yang tak sempat terucapkan
Timbunan sesal juga maaf
Timbunan sayang dan kasih
Tapi ku percaya…!
Dari seberang sana
Kasih yang berbinar disorot matamu
‘kan slalu memandang dalam diam dan tersenyum

Dengan cinta yg setulus mentary

Dengan kasih yg selembur sinar purnama
ah, begitu agung cintamu, Mama...

Kaulah dewi tercantik dalam hidupKu...!



UntukMu Sahabat

Di saat kita nikmati kebersamaan
Banyak hal terlewatkan begitu saja
Keceriaan, gelak-tawa serta canda ria
Semuanya mengalir begitu saja

Waktu yang tersedia
Seolah tak mampu untuk menampungnya
Begitu cepat berlalu
Berlari seolah tak mau berhenti

Kenangan-kenangan itu tak terasa
Pergi meninggalkan semua kegembiraan
Keceriaan, gelak tawa serta canda ria
Satu persatu kenangan itu hilang sekejap mata
Ada sederet senyum saat terlintas memory yang dulu kala

Kenapa kegembiraan itu harus pergi?
Tidak searah dengan langkah kaki?
Kapan ini semua bisa terulang kembali?
Akankah kita tidak akan pernah bertemu lagi?

Sahabat…
Semua yang pernah kita jalani
Hari demi hari, waktu demi waktu
Tatkala kita lalui semuanya bersama


Banyak hal yang pernah terjadi
Karena itulah liturgi hidup yang kita miliki
Kadang benci, kesal dan kecewa
Juga senang, hormat dan sayang

Sungguh luar biasa apa yang telah kita lalui bersama
Inikah pemberian tak ternilai dari Sang Kuasa?
Yang sering kali tak pernah kita syukuri adanya

Ya Tuhan…
Lindungilah mereka yang kucinta...!

Sekuntum Mawar

Jika aku menunggu mekarmu
Akankah harummu mampu kurengkuh
Di sini --menanti, kuncupmu tumbuh
Sembari cemas ini tak jua mau luruh

Di bawah semburat putihmu nan teduh
Anganku mengembara, mengkhayal jauh
Sepucuk kata terkulum, akankah jatuh
Di antara desah resah penuh kisruh..!

O mawar muda nan ayu bersahaja
Dalam panas mentari, elokmu menebarkan makna
Menepiskan duka, menghantarkan bahagia
Menarik segenap alam tuk hening memuja

Bagai bidadari, kau mewujud dalam kembang
Mengalirkan manis madu pada sejuta kumbang
Meski badai bertiup, kau tetap tegak tak tumbang
Ketegaranmu seakan mengapus ragu dan bimbang

Di penghujung musim berselimutkan mega,
Bermain-main engkau dengan angin kelana
Dan sang bayu terus saja nakal nekat menggoda
Malu-malu memuji indahmu, angin berkata

Sepoi-sepoi bercanda di antara kelopak lentik
Semilirnya menitipkan embun sepercik
Sebagai sajak rayuan yang lembut menggelitik
Padamu, mawar muda, O yang teramat cantik

Namun musim ini mesti segera berganti
Mengikuti kemana bintang gemintang menunjuk tinggi
Sang angin pergi, berjanji dalam diam tuk kembali
Meski masa depan tak memberi jawaban pasti

Jauh di sini, aku terus menorehkan rindu
Tentang sekuntum mawar di bawah langit biru
Dan aku hanya bisa menerawang membisu
Sebab waktu tak sedang berpihak padaku

Di suatu masa, saat aku kembali datang
Masihkah kau di sana, di hamparan padang
Tak terpetik, hidup bebas dengan riang
Menghirup cucuran hujan bersama ilalang

Dan jikalau akhirnya takdir kemudian mengijinkan
Kuundang kau ke tanahku
Kugenggam benihmu, kubawa pulang dalam hembusan
Kutanam, dan selamanya kurawat di tengah taman jiwaKu...
.....4u; p@yakoro/Sonya
----------------------------------------------------------------

Panorama Malahara Resapi inderamu... ketika hawa kesegaran ragawi menyelimuti asa Dalam damai gemericik alir sungai menghantarkan ...